April 06, 2005

Penipuan MLM

Penipuan Bisnis (MLM / Money Game) Seringkali kita mendapat tawaran "bisnis" yang menggiurkan. Modal tidak seberapa besar, kerja tidak begitu capek (paling hanya merekrut orang sebanyak mungkin), dengan keuntungan yang luar biasa hanya dalam beberapa bulan.

Biasanya, untuk 100 orang pertama, pembagian "keuntungan" berjalan lancar, setelah itu mulai seret, dan penyelenggaranya pun bubar.

Sebagai contoh, jika kita "investasi" Rp 5 juta, maka dalam 3 bulan, kita akan dapat keuntungan Rp 2 juta. Menggiurkan bukan? Jika ada 100 orang pada gelombang pertama, maka 3 bulan berikutnya penyelenggara hanya mengeluarkan uang Rp 200 juta yang didapatnya dari peserta bulan ke 2 dan ke 3.

Nah, begitu dapat keuntungan, 100 peserta ini bisa menanam lebih banyak lagi uangnya karena menurutnya bisnis ini benar, dan dia akan bercerita pada teman2 / keluarganya (biasanya begitu). Apalagi jika ada insentif komisi bagi tiap anggota yang direkrut.

Nah, jika dari tiap peserta yang "sukses" itu didapat 10 peserta baru lagi, maka akan ada 1000 orang yang menanamkan uangnya sebesar Rp 5 juta. Dari situ, penyelenggara sudah dapat untung Rp 5 milyar.

Karena bisnisnya sebenarnya tidak ada, suatu waktu ketika jumlah peserta membesar, uang yang terkumpul sudah banyak, maka "penyelenggara" bisnis tersebut memilih kabur, ketimbang harus membayar pokok modal dan bunga yang harus dia berikan.

Begitulah penipuan bisnis yang sering disebut sebagai money game. Pada sistem piramid ini, sering lapisan teratas mendapat uang berlimpah dari lapisan di bawahnya, sementara lapisan di bawah hanya bisa gigit jari mengejar mimpi.

Berikut berbagai kisah nyata, di mana banyak orang tertipu, termasuk pejabat tinggi negara.

--- In yisc_al-azhar@yahoogroups.com, Winarto Rachmat
wrote:


Yogi Hartono wrote: From: "Rizali Pidie"

Saya baca profil Anne Ahira di Kompas, 20 Maret 2005.

Kesimpulan saya:

1. Penulis artikel lemah daya pikir dan tidak punya
kemampuan investigasi. Ini terlihat dari tulisan yg
hanya deskripsi bombastis Anne Ahira tanpa ada
pertanyaan dasar dari sebuah bisnis: apa produknya,
berapa aset/omzet, dan marjin laba. Sekali si penulis
nanya tiga hal itu, maka dia akan tahu Anne Ahira
adalah pelajaran pertama manajemen standar:
Bullshit may get you to the top, but it won't keep you
there.
(lihat "MANAGEMENT LESSON" di
http://www.mobileguru.co.uk/Jokes/management.txt )

2. Penulis tidak belajar dari kegagalan rekan2
jurnalis lemot yg sebelumnya juga pernah menulis
cerita2 bombastis sejenis.

Belajar lah dari pengalaman!!!!

Majalah SWA pernah promosikan QSAR! Tapi sbg sebuah
majalah bisnis, si wartawan tidak memiliki logika
dasar bahwa: kalau invetasi di PT QSAR (dan
sejenisnya) sedemikian menguntungkan dan resiko
rendah, mengapa tidak ada lembaga keuangan formal
(bank, leasing, dan sejenis) yg menawarkan pendanaan?

Perlu beberapa tahun buat PT QSAR kolaps.

PT QSAR sendiri pada awalnya memang melakukan invetasi
di sektor riil. sayang karena tambahan uang investor
baru tidak berimbang dengan ekspansi usaha (dan
pemasaran produk), PT QSAR berubah jadi money game.

Kompas pernah memuat iklan G COSMOS. Meskipun sudah
diingatkan via surat pembaca, cuek aja. yg penting
dapat duit iklan. demikian mungkin pikir pengelola
kompas. toh kalo ada yg rugi, cuma pembaca!

Lucunya, sodaranya Kompas, yaitu Kontan mengkritisi G
Cosmos.
Tawaran Untung Besar dari G System, (Kontan, EDISI
33/V Tanggal 14 Mei 2001),
lihat;
http://www.kontan-online.com/05/33/investasi/inv3.htm

Hampir dua tahun kemudian, Kompas memuat artikel:
25.000 Orang Tertipu, Rp 50 Miliar Melayang (Rabu, 06
Maret 2002, ).
lihat:
http://www.kompas.com/wartakota/news/0203/06/222711.htm

saya tidak bisa menemukan dokumen yg menunjukkan
Kompas minta maaf kepada pembacanya karena telah
terlibat dalam mempromosikan penipuan oleh G Cosmos
tsb.

selain SWA dan Kompas, Republika dan Media Indonesia
juga tidak luput dari kebodohan reporternya.

kali ini yg dipromosikan Probest.

Bebas Finansial di Usia Muda (Republika, Sabtu, 15
Juni 2002),
(lihat:
http://www.republika.co.id/cetak_detail.asp?id=78746&kat_id=3
, note link sepertinya sudah dihapus setelah cape saya
protes)

lihat kumpulan lain:
http://www.geocities.com/harmuk/links.html

Kemudian Probest terbongkar kedoknya. Lagi2, media2 yg
mempromosikan Probest itu lalu pura2 tidak tahu peran
mereka dalam mendukung penipuan dengan metode
multi-level-marketing money game.

Yg paling mengejutkan ketika liputan2 penipuan Probest
muncul, tidak ada teman2 wartawan yg menyebut nama
tokoh Meirizal.

saya perkirakan itu terjadi karena Meirizal adalah
teman si wartawan juga. Sebagai mantan aktifis
"Institut Studi Arus Informasi", "Aliansi Jurnalis
Independen', dan juga Redaktur Pelaksana Majalah D&R,
tentunya Meirizal dirasakan sebagai teman seperjuangan
yg harus dilindungi meskipun telah menipu banyak
orang.

Belakangan, muncul kasus penculikan Hegel, anak si
Meirizal. Lagi2 mayoritas media membela Meirizal,
tanpa melakukan penyelidikan/analisa tentang apa
sebenarnya yg terjadi. hanya deskripsi kisah
menyedihkan nasib orang tua bernama Meirizal.

Seingat saya, cuma Kontan dan Majalah Trust yg sempat
menyinggung pemicu penculikan si manis Hegel: penipuan
oleh bapaknya.

lihat:
Penipuan: Dari Emas ke Penjara
http://www.majalahtrust.com/verboden/verboden/404.php
Investor Marah, Bocah Diculik
http://www.majalahtrust.com/verboden/verboden/334.php

dari contoh yg ada tidak selalu media gagal
mengkritisi mlm-money game. saya lihat Kontan dan
Tempo cukup kritis. Meskipun masih ragu2 dalam
membongkar kebusukan mlm-money game.
Misalnya yg terbaru lihat Kontan no 24, tahun IX, 21
Maret 2005, (hari ini ), mengenai tipu2
voucherkey.com.

Boleh jadi ini karena Tempo emang punya tanggung jawab
sosial ama masyarakat yg lebih besar dibandingkan
media lain. sedangkan Kontan, reporternya emang orang2
yg punya latar pengetahuan ekonomi yg cukup baik
(baca: kualitas SDM).

dari pengalaman pribadi mengingatkan kasus PT QSAR,
Probest, Meirizal gate, dan yg sejenisnya ( Voucher
Key, http://www.voucherkey.com, Imperial Fund,
http://www.imperialfund.com, dll) melalui media surat
pembaca, opini, atau surat informal ke editor, saya
sadar betapa sia2-nya membicarakan hal mlm money game
ke media di indonesia.

maklum, umumnya pengelola lemot!

juga cape posting hal yg sama berulang kali diberbagai
milis (contoh: PROBEST; Sebuah Perbandingan,
http://groups.yahoo.com/group/economist/message/1299.
emang saya nggak punya kerjaan lain. belum lagi kalo
email saya di spam oleh pendukung mlm money game.

jadi ketika kompas membuat cerita Anne Ahira, saya
lebih memilih diam dan menunggu teman2 aktifis anti
mlm money game dan anti spam yg respon.

berikut contohnya:

Persona Anne Ahira di Kompas
http://yulian.firdaus.or.id/2005/03/22/persona-anne-ahira-di-kompas/

Anne Ahira Bukanlah Pahlawan
http://priyadi.net/archives/2004/09/10/anne-ahira-bukanlah-pahlawan/

Sanggahan Untuk Anne Ahira Ada Di Majalah Tempo
http://priyadi.net/archives/2004/10/01/sanggahan-untuk-anne-ahira-ada-di-ma
j
alah-tempo/

seandainya wartawan/editor Kompas baca Tempo, saya
yakin dia akan hati2 dalam menulis profil anne ahira.
dan bila wartawan/editor bisa pake itu yg namanya
google, pasti diinvestigasi dulu siapa sebenarnya anne
ahira.

seperti sudah saya bilang, tanya aja:
1. apa produknya?
2. berapa omzetnya?
3. berapa marjin laba?

pasti anne ahira akan bilang: rahasia!
anda harus bayar US$ 50 dulu baru boleh tahu.

dan bila ada ribuan orang tolol yg percaya, maka anne
ahira akan segera pensiun dengan kaya. sedangkan
sebagian besar orang2 tolol akan pensiun juga: dengan
kemiskinan.

saya selalu bilang ke mahasiswa saya bahwa di
Indonesia permintaan kebohongan/kebodohan paling
tinggi. Karena itu penawaran kebohongan/kebodohan juga
paling tinggi. supplier utama kebodohan/kebohongan itu
adalah: media, lembaga pendidikan, lembaga penelitian,
dan tentunya pemerintah juga.

seperti kata Keynes: Demand creates its own supply!

jadi buat teman2 reporter yg banyak lemot-nya, tolong
diselidiki dulu sebuah kasus secara mendalam sebelum
ikut2-an mempromosikan penipuan mlm-money game.